Sosialisme

Bayangkan dunia sedang mengalami perubahan yang radikal. Perkotaan berkembang pesat dua sampai lima bahkan sepuluh kali lebih besar dari sebelumnya. Kuda digantikan oleh mobil.

Surat menyurat digantikan oleh telepon dan pabrik yang biasanya membuat satu produk per hari sekarang membuat 10 produk per jam. Akan tetapi, kamu masih tinggal di rumah seluas 25 meter persegi bersama dengan dua keluarga lainnya di atasmu, ada tiga keluarga lagi, dan di bawahmu ada tiga keluarga yang berbeda.

Kapitalisme memang memimpikan dunia yang meningkatkan taraf hidup semua orang yang bekerja. Jadi, bagaimana bisa visi seindah itu bisa berubah menjadi kondisi di mana kaum buruh bekerja 16 jam sehari dan masih hidup di kondisi yang sangat miskin?

Di abad ke-19 negara-negara Eropa sedang berkembang dengan pesat. Era ini disebut dengan Industrial Revolution atau revolusi industrial akan tetapi dibalik kemegahan kota-kota ini dan perkembangan yang sangat pesat tersebut. Pakar ekonomi menyadari ada yang salah dengan sistem Kapitalisme. Sistem yang seharusnya membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat justru memperluas penderitaan dan kemiskinan di kaum buruh. Solusinya? Sosialisme.

Berbeda dengan Kapitalisme, Sosialisme meyakini bahwa pemerintahlah yang berhak untuk mengalokasikan sumber daya dan kekayaan suatu negara (Landreth & Collander, 1994). Sosialisme merupakan kritik kepada Kapitalisme. Salah satu kritik Sosialisme kepada Kapitalisme adalah sistem tersebut membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Dikarenakan kritik yang tajam ini, Sosialisme identik dengan istilah “Sayap Kiri” karena ingin mengubah sistem Kapitalisme.

Louis Blanc seorang pakar ekonomi mengatakan bahwa Sosialisme adalah sistem ekonomi di mana semua orang mendapat pekerjaan dan tiap orang dibayar dengan gaji yang setara dengan pekerjaan mereka masing-masing. Blanc merasa bahwa pemerintah harus mampu membuka bisnis untuk menyediakan pekerjaan dan dia juga yang menyatakan “Untuk tiap orang sesuai dengan kemampuan mereka, dan kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan mereka.”

Selain Blanc, seorang pengusaha kaya raya bernama Robert Owen juga mengatakan bahwa Kapitalisme adalah sistem yang kejam dan dia menyarankan perusahaan-perusahaan diganti dengan koperasi.

Pemikir Jerman, J. C. L. Simonde (dalam Landreth & Collander, 1994) meyakini bahwa Kapitalisme akan menghasilkan penderitaan dan pengangguran dalam skala yang besar dan ada banyak lagi pemikir sosialis yang ingin mengubah sistem Kapitalisme.

Asumsi utama Sosialisme adalah masyarakat dibagi menjadi dua kelas, yakni kaum Borjuis dan kaum Proletar. Borjuis merupakan kaum yang memiliki modal dan alat-alat produksi. Sedangkan, kaum Proletar adalah mereka yang tidak memiliki modal dan alat-alat produksi tetapi demi bertahan hidup, mengoperasikan modal dan alat-alat produksi tersebut untuk mendapatkan upah.

Kaum Borjuis memiliki keinginan untuk menjadi kaya sehingga memiliki kecenderungan untuk menindas pekerjanya dengan memberi upah yang kecil agar produk yang dibuat bisa dihargai lebih murah. Terlebih lagi keuntungan, atau profit, yang berasal dari penjualan akan masuk ke kantung para borjuis.

Bila pekerja protes untuk mendapat gaji yang lebih tinggi atau penghidupan yang lebih layak, maka para Borjuis dapat memecat mereka dan menggantikan posisi tersebut dengan orang lain.

Memang, banyak sekali pemikir sosialis yang menentang hal tersebut. Akan tetapi, Sosialisme dibuat populer oleh Karl Marx . Nah, menurut Marx, Sosialisme bukan hanya sebuah sistem. Melainkan suatu proses untuk meraih suatu sistem yang lebih ekstrim yaitu Komunisme (Angresano, 1991). Walaupun Komunisme dan Sosialisme sama-sama berdiri di sayap Kiri tidak semua Sosialis sama dengan Komunis. Bahkan, banyak penganut Sosialisme menentang Komunisme.

Di dalam Sosialisme properti pribadi akan diganti dengan kepemilikkan bersama, kekuatan politik dan ekonomi akan dimiliki oleh negara, pajak yang tinggi akan diterapkan dan perusahaan akan dikuasai oleh negara (Angresano, 1991).

Akan tetapi, Sosialisme masih memiliki elemen Kapitalisme di mana individu memiliki self-interest dan harus diberikan upah untuk bekerja. Konsep negara dan uang juga masih ada dalam Sosialisme. Sedangkan, pada Komunisme negara, perbedaan kelas, kepemilikkan pribadi, bahkan uang akan hilang.

Manusia akan hidup Bersama-sama dalam ikatan persaudaraan dan orang-orang akan bekerja hanya untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan bukan untuk mencari upah.

Ide Marx terbukti diterima oleh khalayak ramai, Marx menginspirasi tokoh seperti Lenin dan Stalin untuk melakukan revolusi di Rusia dan mendirikan Republic Sosialis Soviet atau Uni Soviet.

Perseteruan antara sistem Sosialisme dan Kapitalisme berujung pada perang dingin antara Blok timur dan Blok barat.

Ketika blok barat memenangkan perang dingin ide-ide Sosialisme mengalami kemunduran. negara-negara seperti Polandia, Hungaria, Jerman Timur, Romania, Vietnam, Kamboja, dan lain-lain mulai meninggalkan ide-ide Sosialisme dan mulai memegang ide-ide seperti kebijakan pasar bebas dan Kapitalisme.

Dalam bukunya yang berjudul “End of History” Francis Fukuyama mengatakan bahwa perpaduan ide-ide Kapitalisme, Demokrasi dan Liberalisme telah mengalahkan Komunisme dalam panggung global (Glaser, 2014).

Apakah Sosialisme sudah punah? Tidak! Sosialisme masih ada dalam bentuk yang lebih demokratis dan modern, di mana pemerintah berperan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui program sosial dan regulasi pasar. Contohnya di negara-negara Skandinavia, di mana pelayanan kesehatan dan Pendidikan disediakan secara gratis, tetapi nilai pajak yang harus dibayar sangat tinggi. Bisa dikatakan, kebijakan sekitar transportasi Umum, BUMN, dan subsidi terhadap sembako dan bahan bakar minyak beranjak dari pemikiran Sosialisme.

Pada intinya, jika hasil suatu kebijakan dapat dinikmati secara umum, maka biayanya juga harus ditanggung secara umum. Sementara ide-ide Marx dan pemikir Sosialisme radikal masih ada juga di zaman ini. Negara yang masih setia pada ideologi ini sudah kehilangan kuasanya, baik dari segi politik maupun dari segi popularitas.

Maradita, Anjas. Dkk. 2018. "Sosialisme". Jakarta: Hipotesa Media. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEIJI RESTORATION

Catatan Pra Perkuliahan Pertemuan Ketujuh ICT dan Media Pembelajaran Sejarah

Produksi kapital