MEIJI RESTORATION


Restorasi Meiji (明治維新 Meiji-ishin), dikenal juga dengan sebutan Revolusi Meiji atau Pembaruan Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan besar-besaran pada struktur politik dan sosial Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir Keshogunan Tokugawa) dan awal zaman Meiji.

Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat.

Latar Belakang

Penyebab Restorasi Meiji begitu banyak. Jepang baru menyadari betapa terbelakangnya mereka dibandingkan negara-negara lainnya di dunia setelah datangnya Komodor Amerika Serikat Matthew C. Perry yang memaksa Jepang membuka pelabuhan-pelabuhan untuk kapal-kapal asing yang ingin berdagang. Komodor Perry datang ke Jepang menaiki kapal super besar yang dilengkapi persenjataan dan teknologi yang jauh lebih superior dibandingkan milik Jepang saat itu. Para pemimpin Restorasi Meiji bertindak atas nama pemulihan kekuasaan kaisar untuk memperkuat Jepang terhadap ancaman kekuatan-kekuatan kolonial waktu itu. Kata Meiji berarti kekuasaan pencerahan dan pemerintah waktu itu bertujuan menggabungkan "kemajuan Barat" dengan nilai-nilai "Timur" tradisional. Para pemimpin utama, pembantu kaisar pada waktu itu di antaranya: Itō Hirobumi, Matsukata Masayoshi, Kido Takayoshi, Itagaki Taisuke, Yamagata Aritomo, Mōri Arinori, Ōkubo Toshimichi, and Yamaguchi Naoyoshi. Meskipun secara resmi kekuasaan negara berada di tangan kaisar, kekuatan politik hanya bergeser dari Keshogunan Tokugawa ke sebuah oligarki. Sebagian besar kekuasaan berada di tangan pemimpin elite dari Provinsi Satsuma (Ōkubo Toshimichi, Saigō Takamori) dan Provinsi Chōshū (Itō Hirobumi, Yamagata Aritomo, dan Kido Takayoshi). Mereka mempertahankan praktik-praktik kekuasaan kaisar yang lebih tradisional, dan menempatkan Kaisar Jepang sebagai satu-satunya otoritas spiritual negeri dan para menteri yang memerintah atas nama kaisar.

Aliansi Sat-cho melawan keshogunan
Pembentukan aliansi antara pemimpin Domain Satsuma dan Kido Takayoshi pemimpin Domain Choshu merupakan titik awal restorasi Meiji. Keduanya mendukung Kaisar Kōmei (ayah Kaisar Meiji). Aliansi ini dicetuskan oleh Sakamoto Ryoma, dengan tujuan melawan Keshogunan Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar. Pada 3 Februari 1867, Kaisar Meiji naik tahta setelah wafatnya Kaisar Kōmei pada 30 Januari 1867. Semasa Restorasi Meiji, feodalisme Jepang secara perlahan-lahan digantikan oleh ekonomi pasar dan menjadikan Jepang sebagai negara yang dipengaruhi negara-negara Barat hingga kini.

Dampak

Restorasi Meiji mengakselerasi industrialisasi di Jepang yang dijadikan modal untuk kebangkitan Jepang sebagai kekuatan militer pada tahun 1905 di bawah slogan "Negara Makmur, Militer Kuat" (富国強兵 fukoku kyōhei)

Pemerintah Oligarki Meiji yang bertindak atas nama kekuasaan kaisar memperkenalkan upaya-upaya mengonsolidasi kekuasaan untuk menghadapi sisa-sisa pemerintahan zaman Edo, keshogunan, daimyo, dan kelas samurai.

Pada tahun 1868, semua tanah feodal milik Keshogunan Tokugawa disita dan dialihkan di bawah "kendali kekaisaran". Tindakan ini sekaligus menempatkan mereka di bawah kekuasaan pemerintahan baru Meiji. Pada tahun 1869, daimyo Domain Tosa, Domain Hizen, Domain Satsuma, dan Domain Chōshū yang telah berjasa melawan kekuasaan keshogunan, dibujuk untuk mau "mengembalikan domain mereka kepada kaisar." Daimyo lainnya juga selanjutnya diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Dengan adanya penghapusan wilayah domain, maka untuk pertama kalinya tercipta pemerintahan Jepang yang terpusat dan berkuasa di semua wilayah negeri.

Pada tahun 1871, semua daimyo dan mantan daimyo dipanggil untuk menghadap kaisar untuk menerima perintah pengembalian semua domain kepada kaisar. Sekitar 300 domain (han) diubah bentuknya menjadi prefektur yang dipimpin oleh gubernur yang ditunjuk oleh negara. Pada tahun 1888, beberapa prefektur telah berhasil dilebur menjadi satu sehingga jumlah prefektur menciut menjadi 75 prefektur. Kepada mantan daimyo, pemerintah berjanji untuk menggaji mereka sebesar 1/10 dari pendapatan bekas wilayah mereka sebagai penghasilan pribadi. Selanjutnya, utang-utang mereka berikut pembayaran gaji serta tunjangan untuk samurai diambil alih oleh negara.

Berbagai aspek kemajuan di zaman meiji

Modernisasi di bidang kebudayaan terus dilakukan pada tahun 1872 (meiji V), pemerintah menetapkan sistem pendidikandi mana masyarakat yang memiliki pekerjaan dan status macam apapun dapat mengikuti pendidikan. Selain itu, pemerintah Meiji pun mengirimkan banyak mahasiswa ke negara-negara Eropa dan Amerika dan mengundang banyak ahli teknik dari negara-negara Barat. Kebudayaan Barat yang maju pun diadopsi oleh pemerintah. Di bidang kehidupan sehari-hari, diberlakukan kalender Solar Gregorian agama Kristen akhirnya diakui karena adanya kritik-kritik dari luar negeri. Teknik cetak berkembang sehingga koran yang menyebarluaskan politik dan humaniora banyak diterbitkan. Kebudayaan di kota-kota besar yang merupakan salah satu kebudayaan yang menghasilkan kombinasi seni cetak balok kayu, teater Kabuki, novel, mode pakaian, dan perpustakaan, kebanyakan terikat dengan Geisha atau perempuan yang hadir setiap kota tempat hiburan. Di Ginza, Tokyo, dibangun bangunan-bangunan bergaya Barat yang menggunakan batu bata merah dan jalan-jalan raya dinyalakan lampu-lampu gas yang menerangi jalan.

Memotong rambut kuncir menjadi pendek dan memakai pakaian ala Barat telah menjadi gaya hidup baru, di samping itu, daging sapi yang biasanya tidak dimakan akhirnya mereka makan dan mulai pada waktu itu banyak dijumpai restoran sukiyaki. Gaya hidup baru mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan lainnya adalah kebudayaan Barat yang baru yang semaki lama semakin diterima masyarakat dan disebut istilah Bunmei Kaika (masa peradaban dan pencerahan).

Di bidang pemikiran, diterapkan pemikiran Barat, seperti bahwa manusia semuanya bebas dan sederajat, dan memiliki hak yang sama untuk menuntut pemikiran untuk mendapatkan keadilan dalam mencapai kebahagiaan dan kebebasannya sehingga pemikiran ini akhirnya meluas di masyarakat. Dalam buku fukuzawa yukichi, terdapat kata-kata pendahuluan yang berbunyi: "ten wa hito no ue ni, hito o tsukurazu, hito no shita ni hito o tsukurazu" (dewa tidak menciptakan manusia berada di atas dan di bawah). Maknanya adalah manusia itu sederajat dan tidak dibedakan berdasarkan status sosial.

Di bidang pendidikan, awalnya banyak petani yang tidak suka memasukkan anak-anaknya ke sekolah karena harus membayar uang sekolah. Namun kenyataannya semakin lama pendidikan sekolah dasar pun semakin maluas. Di bidang pendidikan tinggi, didirikanlah pendidikan tinggi Tokyo Igaku pada tahun 1877 (diganti namanya menjadi Universitas Teikoku pada tahun 1896, dan berganti lagi pada 1945 menjadi Universitas Tokyo); Fukuzawa Yukichi mendirikan sekolah swasta Keio; sedangkan Okuma Shigenobu mendirikan sekolah kejuruan Tokyo, universitas Waseda. Perguruan-perguruan tinggi tersebut banyak menghasilkan tenaga ahli yang tidak kalah dari luar negeri. Pemerintah Meiji terus menyempurnakan bidang pendidikan semaksimal mungkin dan pada tahun 1890, wajib belajar yang merupakan dasar dari pendidikan akhirnya dicanangkan.

·PEMERINTAHAN

Pemerintah baru Meiji terus berupaya memajukan diplomasi. Awalnya pemerintah memikirkan cara untuk mengubah perjanjian-perjanjian antara negara Barat dan Bakufu yang dirasa kurang adil bagi rakyat Jepang. Selain itu, observasi digencarkan untuk mengirim wakil-wakil pemerintahan ke negara Barat. Namun negosiasi untuk memperbarui isi perjanjian-perjanjian tersebut sama sekali tidak ditanggapi oleh negara-negara Barat. Karena itu, pemerintah berpendapat bahwa akan lebih baik untuk membangun negara, mengembangkan industri dan memperkuat militer demi kepentingan negara daripada harus merevisi isi perjanjian.

Pada masa itu, yang mula-mula menjadi menteri adalah para pemimpin yang berasal dari Satsuma dan Choshu (persekutuan han bernama toubaku yang dulunya bertujuan menumbangkan edo & akhirnya melahirkan jaman meiji). Tidak sedikit orang yang merasa tidak puas, terutama mereka para mantan samurai. Ini terutama karena kaum samurai yang kehilangan pekerjaan terpaksa harus berdagang. Sehingga akhirnya para mantan samurai melakukan pemberontakan di berbagai daerah.

Saigo Takamori dan lainnya menuntut pemerintahan baru agar kekuasaan para mantan samurai diarahkan, memberlakukan kembali politik isolasi, dan membuka Korea dengan paksa (seikanron). Namun atas anjuran Okubo Toshimichi, Kido Takayoshi, dan tokoh lainnya (orang-orang yang baru pulang dari Barat), perkembangan negara secara langsung lebih maju dan pemerintahan dalam negeri dilaksanakan lebih dahulu. Setelah diperkenalkannya pemikiran modern Barat, pemikiran mengenai hak rakyat, keadilan dan liberalisme meluas. Sehingga pada tahun 1881 dibentuk partai politik pertama di Jepang yaitu partai liberal oleh mantan samurai Itagaki Taisuke dan tahun berikutnya dibentuk partai konstitusional yang menghendaki parlemen seperti di Inggris. Lalu terbitlah petisi mengenai pembukaan parlemen berdasarkan pemilihan umum yang harus dilaksanakan pemerintah berdasarkan anggota majelis yang dipilih oleh rakyat. Dan terjadilah pertemuan yang dibuat di berbagai tempat yang mendirikan dan menyatukan Kokkau Kisodomei. yaitu gerakan yang mempelopori dibukanya pemilihan umum.

Tahun 1889 (tahun ke-22 meiji) kaisar meresmikan undang-undang Dai Nihon Teikoku Kenpo (konstitusi kekaisaran jepang raya) sebagai konstitusi yang ditetapkan tenno dan dikembangkan oleh rakyat. Dalam konstitusi parlemen terdiri dari majelis tinggi dan majelis rendah. Anggota mejelis tinggi adalah keluarga kaisar , tenno menunjuk siapa yang akan menjabat lalu dipilih oleh rakyat. Tetapi karena kuatnya cara berpikir kaisar, maka anggota majelis rendah(eksekutif, legislatif dan yudikatif) hanya bertanggung jawab pada kaisar dan tidak bertanggung jawab pada parlemen.

·KONDISI MASYARAKAT

Modernisasi di bidang kebudayaan terus dilakukan pada tahun 1872 (meiji V), pemerintah menetapkan sistem pendidikandi mana masyarakat yang memiliki pekerjaan dan status macam apapun dapat mengikuti pendidikan. Selain itu, pemerintah Meiji pun mengirimkan banyak mahasiswa ke negara-negara Eropa dan Amerika dan mengundang banyak ahli teknik dari negara-negara Barat. Kebudayaan Barat yang maju pun diadopsi oleh pemerintah. Di bidang kehidupan sehari-hari, diberlakukan kalender Solar Gregorian agama Kristen akhirnya diakui karena adanya kritik-kritik dari luar negeri. Teknik cetak berkembang sehingga koran yang menyebarluaskan politik dan humaniora banyak diterbitkan. Kebudayaan di kota-kota besar yang merupakan salah satu kebudayaan yang menghasilkan kombinasi seni cetak balok kayu, teater Kabuki, novel, mode pakaian, dan perpustakaan, kebanyakan terikat dengan Geisha atau perempuan yang hadir setiap kota tempat hiburan. Di Ginza, Tokyo, dibangun bangunan-bangunan bergaya Barat yang menggunakan batu bata merah dan jalan-jalan raya dinyalakan lampu-lampu gas yang menerangi jalan.

Memotong rambut kuncir menjadi pendek dan memakai pakaian ala Barat telah menjadi gaya hidup baru, di samping itu, daging sapi yang biasanya tidak dimakan akhirnya mereka makan dan mulai pada waktu itu banyak dijumpai restoran sukiyaki. Gaya hidup baru mencakup bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan lainnya adalah kebudayaan Barat yang baru yang semaki lama semakin diterima masyarakat dan disebut istilah Bunmei Kaika (masa peradaban dan pencerahan).

Di bidang pemikiran, diterapkan pemikiran Barat, seperti bahwa manusia semuanya bebas dan sederajat, dan memiliki hak yang sama untuk menuntut pemikiran untuk mendapatkan keadilan dalam mencapai kebahagiaan dan kebebasannya sehingga pemikiran ini akhirnya meluas di masyarakat. Dalam buku fukuzawa yukichi, terdapat kata-kata pendahuluan yang berbunyi: "ten wa hito no ue ni, hito o tsukurazu, hito no shita ni hito o tsukurazu" (dewa tidak menciptakan manusia berada di atas dan di bawah). Maknanya adalah manusia itu sederajat dan tidak dibedakan berdasarkan status sosial.

Di bidang pendidikan, awalnya banyak petani yang tidak suka memasukkan anak-anaknya ke sekolah karena harus membayar uang sekolah. Namun kenyataannya semakin lama pendidikan sekolah dasar pun semakin maluas. Di bidang pendidikan tinggi, didirikanlah pendidikan tinggi Tokyo Igaku pada tahun 1877 (diganti namanya menjadi Universitas Teikoku pada tahun 1896, dan berganti lagi pada 1945 menjadi Universitas Tokyo); Fukuzawa Yukichi mendirikan sekolah swasta Keio; sedangkan Okuma Shigenobu mendirikan sekolah kejuruan Tokyo, universitas Waseda. Perguruan-perguruan tinggi tersebut banyak menghasilkan tenaga ahli yang tidak kalah dari luar negeri. Pemerintah Meiji terus menyempurnakan bidang pendidikan semaksimal mungkin dan pada tahun 1890, wajib belajar yang merupakan dasar dari pendidikan akhirnya dicanangkan.

·SENI DAN SASTRA
a. seni

Sejarah kabuki pada zaman Meiji pun kepopulerannya tetap tidak tergoyahkan. Tapi sering menerima kritik, diantaranya kalangan intelektual menganggap isi cerita kabuki tidak sesuai untuk dipertunjukkan di negara orang beradab. Kalangan di dalam dan di luar lingkungan kabuki juga menuntut pembaruan di dalam kabuki, sehingga mau tidak mau dunia showbiz kabuki harus diubah sesuai tuntutan zaman. Kritik terhadap kabuki mengatakan banyak unsur dalam kabuki yang sebenarnya tidak pantas dimasukkan ke dalam drama kabuki, misalnya : alur cerita yang tidak masuk akal, tema cerita yang kuno atau berbau feodal, dan trik panggung yang sekadar untuk membuat penonton takjub, seperti adegan aktor bisa "terbang" atau berganti kostum dalam sekejap. Akibat kritik yang diterima dunia showbiz kabuki sejak zaman Meiji berusaha mengadakan gerakan pembaruan dalam berbagai aspek teater kabuki. Gerakan pembaruan yang disebut Engeki Kairyo Undo juga melibatkan pemerintahan meiji yang memang bermaksud mengontrol pertunjukan kabuki. Pemerintah Meiji bercita-cita menciptakan pertunjukan teater yang pantas dan bisa dinikmati kalangan menengah dan kalangan atassuatu "masyarakat yang bermoral". Salah satu hasil gerakan pembaruan kabuki adalah dibukanya gedung Kabuki-za sebagai tempat pementasan kabuki. Selain itu, pembaruan juga melahirkan genre baru teater kabuki yang disebut Shimpa.

b. sastra

Dalam langkah modernisasi dengan adanya Restorasi Meiji, Jepang pun turut memodernisasi bidang kesusastraan, dimulai dari tulisan Shobochi Shoyo berjudul Shosetsu Shinzui pada tahun 1885. Dalam Shoyo diungkapkan bahwa karya sastra bukanlah alat politik maupun moral, tapi merupakan seni yang memiliki makna sendiri, yang mengutamakan keindahan hidup dan realisme. Salah satu penulis novel yang terkenal pada masa itu adalah Futabatei Shimei yang menjadi pelopor dalam novel modern. Salah satu novel modernnya adalah Ukigumo, yang ditulis dalam bahasa kolokial (percakapan). Sampai saat ini, karya klasik seperti Goshunotoi karya Kodarohan dan Konjikiyasha karya Ozaki koyo masih banyak dibaca kalangan luas. Pada masa-masa itu bermunculan karya sastra yang dipublikasikan oleh Higuchi Ichiyo seperti Takekurabe, Nigorie, jusanya,dan lainnya. Karya-karya yang ditulis dengan gaya bahasa yang sangat indah itu menceritakan tentang seorang wanita yang harus menghadapi kesulitandi tengah masyarakat yang terikat oleh adat istiadat dan moral yang kuno. Tapi karya itu secara realistis masih bernapaskan puisi.

Selain itu, karya-karya baru di bidang puisi seperti waka dan haiku pun lahir. Puisi, disebut pula Shintaishi, dan karya-karya di bidang puisi bernafaskan romantis. Di bidang Haiku dan Waka, Masao Kashiki mengeluarkan majalah bernama Hototokisu yang melukiskan karya-karya Haiju dan Tanka. Yosano Aiko, dalam majalah Myojo, menerbitkan Tanka yang bernafaskan romantisisme dan karya dengan imajinasi sastra. Setelah karya Ukigumo, banyak karya-karya beraliran naturalis yang mendapat pengaruh dari sastra asing bermunculan. Yang perlu diperhatikan adalah karya Shimazaki Toson yang berjudul Haikai. Haikai merupakan puncak dari karya sastra yang menggambarkan pergolakan batin seorang manusia, khususnya dunia remaja dan penderitaan yang dialaminya. Toson terus aktif menulis hingga zaman Showa ketika dia menulis kisah tentang kehidupan orang tuanya semasa sulit di zaman restorasi Meiji dalam novel berjudul Yoakemae. Sastra naturalisme merupakan gerakan modernisasi di bidang kesusastraan. Karya sastra Tayama Katai yang berjudul Futon memiliki pengaruh besar terhadap gerakan tersebut. Dalam perkembangan kesusatraan natiralisme tersebut, khususnya sejak pertengahan zaman Meiji hingga awal zaman Taisho, orang-orang yang berperan adalah Mori Ogai, Natsume Soseki, Ishikawa Takubaku.

·KONDISI EKONOMI DAN INDUSTRI

a. ekonomi

Untuk melaksanakan pembaharuan, pertama-tama yang diperlukan oleh pemerintah Meiji adalah modal yang banyak. Maka untuk menetapkan pendapatan pajak, pemerintah memperbaharui cara cara pemungutan pajak dari petani yang dikenal dengan istilah Chisokaisei. Pertama pemerintah memberikan sertifikat tanah kepada tuan tanah dan pemilik tanah pribadi, kemudian beras sebagai pajak tahunan diganti dengan uang kontan (Chiso Kaisei). Tetapi pembaharuan ini mahalnya kira-kira sama dengan zaman Edo. Beberapa petani yang tidak mampu membayar pajak harus menjual tanahnya, selain itu rakyat yang tidak memiliki tanah pribadi harus memberikan setengah dari jumlah beras yang diterimanya kepada tuan tanah.

Setelah pembaharuan pajak, 2 atau 3 anak laki-laki dari petanipemilik tanah pribadi maupun petani kecil biasa, meninggalkan desa dan menjadi buruh pabrik di kota besar. Reformasi pajak tanah membuat perekonomian menjadi stabil, akan tetapi pajak tanah yang jauh lebih tinggi dari pajak yang dibayar dengan beras dan hal ini yang membuat rakyat lebih menderita.

b.industri

Industri modern Jepang, setelah tahun 1890, yang berusaha memajukan mekanisme di bidang industri pemintalan sutra, dan industri lainnya, ditandai dengan diimpornya benang katun dan benang sutera ke Amerika, Korea dan Cina. Perang Cina-Jepang dan Rusia-Jepang mengakibatkan Jepang memperoleh sumber-sumber kekayaan alam yang berlimpah. Pada tahun 1901, Jepang selesai membangun pabrik besi baja pertama yang dikelola pemerintah. Dengan demikian, terbentuklah dasar dari perkembangan industri berat, seperti industri baja dan industri pembuatan kapal, serta mesin-mesin industri.

Revolusi tersebut mengakibatkan meningkatnya kapitalisme dan timbulnya persoalan dalam masyarakat feodal. Di pedesaan, karena dipaksa membayar pajak yang tinggi, semakin banyak petani yang menjual tanah pribadinya sehingga jumlah petani miskin pun makin meningkat. Para petani kecil yang tidak bisa hidup di pedesaan lagi lebih memilih pergi ke perkotaan dan menjadi buruh pabrik. Namun kondisi pabrik tempat para petani itu bekerja sangat buruk. Di lain pihak, para tuan tanah lintah darat yang menimbun dan mengumpulkan tanah yang luas tidak bisa menanam sendiri, sehingga mereka yang membiayai hidup dengan cukai semakin bertambah. Selain itu, para tuan tanah yang menjadi anggota parlemen pun meningkat. Saat itu tuan tanah besar dan keluarga kapitalis yang mengelola perusahaan, memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap politik Jepang.

Bersamaan dengan perkembangan industri modern, maka modal diakumulasikan pada industri-industri besar dan keluarga kapitalis yang bepengaruh (Zaibatsu). Di bidang keuangan, perdagangan luar negeri, transportasi, dan pertambangan, dan bidang lain, diadakan pengelolaan multidimensi sehingga bank akhirnya menguasai modal industri. Dalam keadaan seperti itu, paham pemikiran masyarakat juga meluas di Jepang. Pergerakan para petani kecil dan para buruh dalam upaya memperbaiki kehidupannya sering terjadi. Namun pemerintah membuat undang-undang yang pengawasannya dilakukan secara ketat.

Dengan kebijakan politik tentang pendidikan wajib yang dilaksanakan di seluruh Jepang, pemerintah Meiji mengadakan perubahan mendasar secara sosial, yaitu dengan merubah kesadaran setiap orang terhadap fungsi negara. Orang Jepang yang pada masa pemerintahan Tokugawa masih berfikir kedaerahan, pada masa Meiji diharuskan mempunyai pemikiran atau kesadaran nasional (satu kebijakan pendidikan yang bersifat nasionalistik). Perubahan kesadaran orang per orang dari kedaerahan menjadi nasional seperti inilah yang merupakan hasil terpenting perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Meiji dalam bidang pendidikan.

·Sumber referensi

Beauchamp, Edward R. 1991. “The Development of Japanese Educational Policy 1945—1985”, dalam Windows of Japanese Education. Connecticut: Greenwood Press.

Lupi Ardiati, Riza (terj.) -. “Sejarah Jepang Modern”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Pra Perkuliahan Pertemuan Ketujuh ICT dan Media Pembelajaran Sejarah

Produksi kapital