TEORI FILSAFAT HEGEL

Georg Wilhelm Friedrich Hegel

Georg Wilhelm Friedrich Hegel

   Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empiris indrawi. Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif sehingga terkesan abstrak, umum, statis dan konseptual. Pengertian tersebut diterangkan secara radikal agar dalam proses pemikirannya kehilangan ketegasan dan mencair. Pengingkaran adalah konsep pengertian pertama (pengiyaan) dilawan-artikan, sehingga muncul konsep pengertian kedua yang kosong, formal, tak tentu dan tak terbatas. Menurut Hegel, dalam konsep kedua, sesungguhnya tersimpan pengertian dari konsep yang pertama. Konsep pemikiran kedua ini juga diterangkan secara radikal agar kehilangan ketegasan dan mencair. Kontradiksi merupakan motor dialektika (jalan menuju kebenaran) maka kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling mengevaluasi. Kesatuan kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua konsep pengertian yang saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang lebih ideal. 
   Hegel dilahirkan di Stuttgart pada 27 Agustus 1770. Pada masa kecilnya, ia banyak membaca literatur, surat kabar, esai filsafat dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca sebagian disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif yang aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya. Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga kelas menengah yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang pegawai negeri dalam administrasi pemerintahan di Württemberg. Hegel adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia enam tahun. Hubungannya dengan kakak perempuannya, Christiane, sangat erat dan tetap akrab sepanjang hidupnya.

Filosofi dari Hegel

1. Kebebasan

   Yang dimaksud dengan Civil Society menurut Hegel adalah masyarakat pasca revolusi Prancis. Saat itu Hegel berada pada sebuah masyarakat yang sedang mengalami perubahan fundamental dalam revolusi industri yang secara masif menciptakan kelas menengah baru. Civil Society juga merupakan masyarakat dimana orang-orang didalamnya memiliki hak untuk memilih hidup apa yang mereka suka dan memenuhi keinginan mereka sesuai kemampuan mereka. Negara tidak memiliki hak untuk memaksakan jenis kehidupan tertentu kepada anggota masyarakat sipil seperti yang terjadi dalam masyrakat feodal.

2. Negara dan Hak Individu

   Menurut Hegel, negara merupakan roh absolut yang kekuasaannya melampaui hak-hak individu itu sendiri. Menurut Hegel, negara termasuk suatu proses dalam perkembangan ide mutlak yang ditandai adanya perkembangan dialektis tesis-antitesisnya, antitesis kemudaian melahirkan sintesis. Berbeda dengan J.J Rousseau dan John Locke, maupun kalangan marxis yang melihat negara sebagai alat kekuasaan, Hegel justru berpendapat bahwa negara itu bukan alat melainkan tujuan itu sendiri. Dalam logika Hegel rakyat harus menjadi abdi negara untuk kebaikan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

3. Negara Integralistik

   Dalam konsep negara integralistik, negara adalah kesatuan masyarakat yang tersusun secara integral. Masyarakat merupakan kesatuan organis yang tidak terpisah dan bergerak bersama kedalam satu tujuan tunggal yang hakiki. Dalam proses penemuan tujuan hakiki ini, pemimpin berperan sebagai kepala yang akan menuntun pergerakan dari unsur-unsur organis lainnya, sehingga tercipta keselarasan antara pimpinan dan rakyat.

   Filsafat Hegel dipandang salah satu filsafat yang sulit karena Hegel adalah seorang filsuf yang sulit dipahami di antara semua filsuf besar. Dari minat awalnya terhadap mistisme, ia mempertahankan keyakinan terhadap ketidaknyataan bagian; dunia, dalam pandangannya, bukan kumpulan unit-unit keras, entah atom atau jiwa, yang masing-masing berdiri sendiri. Kemandirian benda-benda terbatas yang tampak jelas itu dipandang olehnya sebagai ilusi. Hegel berkata bahwa tiada yang sungguh-sungguh nyata kecuali “keseluruhan” (the whole), bukan sebagai substansi sederhana , melainkan sebagai sejenis sistem rumit, yang  disebut organisme. Benda-benda dunia yang tampak jelas terpisah yang menyusun dunia ini bukanlah sekedar ilusi;masing-masing memiliki tingkat realitas yang lebih besar atau lebih kecil, dan realitasnya tercapai karena suatu aspek dari keseluruhan, yang  akan terlihat bila dipandang dengan benar.

    Hegel menegaskan bahwa yang nyata adalah rasional, dan yang rasional adalah nyata. Namun ketika ia mengatakan hal itu ia tidak mengartikan “yang nyata” itu sebagai apa yang menurut para empiris dipandang nyata. Ia mengakui dan meyakini, bahwa apa yang empiris terlihat sebagai fakta adalah pasti tidak rasional; dan karakter-karakter yang ada di dalamnya mencakup aspek-aspek dari keseluruhan sehingga terlihat rasional. Hegel menegaskan  bahwa Keseluruhan itu dengan segala kerumitannya adalah “Yang Mutlak” itu bersifat spritual yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya sendiri. Jadi realitas pada kesendiriannya bukanlah hal yang benar-benar nyata, tetapi yang nyata pada dirinya adalah partisipasinya pada keseluruhan.

  Dalam bukunya phenomenologi of mind(1807), Hegel menggambarkan tentang “yang mutlak” sebagai bentuk yang paling sempurna dari ide yang selanjutnya menjadi ide absolut. Ide absolut menurut Bertrand Russell adalah pemikiran murni, artinya adalah bahwa ide absolut merupakan kesempurnaan fikiran atau jiwa yang hanya dapat memikirkan dirinya sendiri. Pikirannya dipantulkan kedalam dirinya sendiri melalui kesadaran diri.

    Ada dua hal yang membuat Hegel berbeda dengan orang lain yang memiliki pandangan metafisis yang kurang-lebih mirip dengannya. Salah satunya adalah penekanannya pada logika. Hegel memandang bahwa hakikat realitas bisa dideduksi dari pertimbangan tunggal bahwa realitas tidak harus kontradiktif-diri.

    Logika menurut pemahaman Hegel, dinyatakan sebagai hal yang sama dengan metafisika namun berbeda. Pandangannya adalah bahwa segala predikat biasa, jika diterima sebagai sesuatu yang memungkinkan keutuhan Realitas, menghasilkan kontradiktif diri. Hegel dikenal sebagai filsuf yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, atau biasa dikenal dengan tesis (pengiyaan), antitesis (pengingkaran) dan sintesis (kesatuan kontradiksi). Pengiyaan harus berupa konsep pengertian yang empris indrawi. Pengertian yang terkandung di dalamnya berasal dari kata-kata sehari-hari, spontan, bukan reflektif, sehingga terkesan abstrak, umum, statis, dan konseptual. Pengertian tersebut diterangkan secara radikal agar dalam proses pemikirannya kehilangan ketegasan dan mencair. Pengingkaran adalah konsep pengertian pertama (pengiyaan) dilawan artikan, sehingga muncul konsep pengertian kedua yang kosong, formal, tak tentu, dan tak terbatas. Menurut Hegel, dalam konsep kedua sesungguhnya tersimpan pengertian dari konsep yang pertama. Konsep pemikiran kedua ini juga diterangkan secara radikal agar kehilangan ketegasan dan mencair. Kontradiksi merupakan motor dialektika (jalan menuju kebenaran) maka kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling mengevaluasi. Kesatuan kontradiksi menjadi alat untuk melengkapi dua konsep pengertian yang saling berlawanan agar tercipta konsep baru yang lebih ideal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEIJI RESTORATION

Catatan Pra Perkuliahan Pertemuan Ketujuh ICT dan Media Pembelajaran Sejarah

Produksi kapital